Setelah Tuhan berjenaka ketika monsun tiba, aku masih tidak tahu apakah warnanya tuk kupalitkan ke alam yang membiru. Apakah harus kupalitkan dengan warna bitumin, sebagaimana selalu kau palitkan pada kanvas?
Tapi, itu bukanlah warnaku. Tidak juga merah, hitam, putih atau kelabu. Hati pun berbisik, “warna kau adalah KAMU”. Lalu kugeledah segala khazanah warna yang pernah manusia ciptakan semenjak Adam diusir dari suralaya. Malangnya, tiada kutemui warna KAMU.
Lantas aku pun terbang melaju, lebih laju dari segala makhluk yang paling laju yang pernah ada di jagatbuana ini, menuju ke Leiden. Sesampai saja di sana, terus kuselak buku daftar warna yang kononnya tercatat segala nama warna yang pernah manusia lihat dan bayangkan sejak Adam diajarkan tentang nama-nama. 5000 halaman kesemuanya. Namun, tiada juga kutemui. Aku terduduk. Lelah campur kecewa.
Ada suara berbisik, “tak perlu bergundah-gulana. Warna KAMU memang diciptakan khusus untuk kau seorang. Hanya kau yang dapat melihat dan menikmatinya, meskipun ia selalu cuba menutup matamu setiap kali kau menatap keindahan warnanya.”
Aku tidak benar pasti dari mana datangnya suara itu. Apakah dari lubuk hati terdalam atau bisikan sang sufi dari kejauhan? Ah, aku tak perlu peduli tentang dari mana datangnya suara itu.
Aku seharusnya merasa bahagia. Kerana warna itu dicipta khusus untukku: SATU.
Tuhan, lagi sekali aku minta: teruslah berjenaka & berseloka; mohon janganlah bersikap cemburu & bengis kepada kami.
eh,
“tak perlu bergundah-gulana. Warna KAMU memang diciptakan khusus untuk kau seorang. Hanya kau yang dapat melihat dan menikmatinya, meskipun ia selalu cuba menutup matamu setiap kali kau menatap keindahan warnanya”
jika tuhan berjenaka dan memberikan kamu padaku,
ambil rasa ini dan tebarkan ke seluruh langit yang menjingga..
eh..ni pasal apa la ek kak?
oleh aishah Desember 10, 2009 at 3:51 pmcerita hal kekuasaan tuhan..sure!
oleh fdaus Desember 10, 2009 at 6:21 pm… dan menambat mendung di dada biru langit tika cerah panas… oh! itu rahmat namanya… hahahaa
oleh Nizam.ariff Desember 11, 2009 at 11:04 amSetelah Tuhan berjenaka ketika monsun tiba, aku masih tidak tahu apakah warnanya tuk kupalitkan ke alam yang membiru. Apakah harus kupalitkan dengan warna bitumin, sebagaimana selalu kau palitkan pada kanvas?
Tapi, itu bukanlah warnaku. Tidak juga merah, hitam, putih atau kelabu. Hati pun berbisik, “warna kau adalah KAMU”. Lalu kugeledah segala khazanah warna yang pernah manusia ciptakan semenjak Adam diusir dari suralaya. Malangnya, tiada kutemui warna KAMU.
Lantas aku pun terbang melaju, lebih laju dari segala makhluk yang paling laju yang pernah ada di jagatbuana ini, menuju ke Leiden. Sesampai saja di sana, terus kuselak buku daftar warna yang kononnya tercatat segala nama warna yang pernah manusia lihat dan bayangkan sejak Adam diajarkan tentang nama-nama. 5000 halaman kesemuanya. Namun, tiada juga kutemui. Aku terduduk. Lelah campur kecewa.
Ada suara berbisik, “tak perlu bergundah-gulana. Warna KAMU memang diciptakan khusus untuk kau seorang. Hanya kau yang dapat melihat dan menikmatinya, meskipun ia selalu cuba menutup matamu setiap kali kau menatap keindahan warnanya.”
Aku tidak benar pasti dari mana datangnya suara itu. Apakah dari lubuk hati terdalam atau bisikan sang sufi dari kejauhan? Ah, aku tak perlu peduli tentang dari mana datangnya suara itu.
Aku seharusnya merasa bahagia. Kerana warna itu dicipta khusus untukku: SATU.
Tuhan, lagi sekali aku minta: teruslah berjenaka & berseloka; mohon janganlah bersikap cemburu & bengis kepada kami.
pseudo-sukab
oleh K.A. Desember 13, 2009 at 12:46 ameh,
“tak perlu bergundah-gulana. Warna KAMU memang diciptakan khusus untuk kau seorang. Hanya kau yang dapat melihat dan menikmatinya, meskipun ia selalu cuba menutup matamu setiap kali kau menatap keindahan warnanya”
seronoklah!
oleh aishah lagi Desember 13, 2009 at 2:17 pmpalitkan saja hitam warna hakikat dan putih warna fitrah aku dan kamu
oleh artozy Desember 14, 2009 at 12:11 pmAlina…..
oleh Taf Teh Desember 14, 2009 at 6:55 pmK.A…
oleh zizie ali Desember 16, 2009 at 2:57 amJika tuhan berjenaka. Tiada lagi warna yang ada.
oleh danielle_corleone Desember 17, 2009 at 12:45 pm…
oleh fatah Desember 23, 2009 at 10:07 pm